"Let it flow," katamu. Seminggu lebih lima hari. Dua belas hari kita lalui di sini. Menghangatkan kembali apa yang kukira telah mati membeku.
Pagi itu kau datang dalam kejutan-ciri khasmu. Aku baru saja mandi, bodoh. Aku kaget. Kau datang seolah kau tak pernah jauh(oke, kecuali oleh-oleh pai susu khusus daerahmu).
Ntah bagaimana awalnya, ceritamupun bergulir. Tentang hari-harimu disana. Tentang pelajaran, tentang teman-temanmu. Aku menikmati semuanya. Lalu kau bilang bahwa alasan utamamu pulang adalah aku. Apakah kau benar-benar lupa(atau tak peduli) pada sikapku padamu selama ini ?
Aku telah meyakinkan diriku bahwa tak akan ada hubungan khusus di antara kita. Cukup teman dekat. Aku hanya tak mau kita mengulangi kesalahan yang sama dan saling menjauhi.
Namun setelah melewati beberapa hari bersamamu, bercanda, menerima perhatian dan kehangatanmu, tidak mudah untuk tetap kukuh pada pendirianku.
Rasanya, apabila aku melewatkanmu lagi kali ini, aku akan kehilangan orang yang benar-benar peduli. Namun aku takut. Aku takut karma berlaku padaku saat aku meletakkan hatiku padamu. Curang ya? Heheheh.
Kau tau perasaanku. Kau tau ketakutanku. "Biarin ngalir aja," katamu. Apakah aliran ini terpecah atau bermuara akhirnya, semuanya rahasia waktu. Kau tau ? Kau menjadi jauh lebih dewasa. Akan kususul kau nanti.
Dan pada dua belas hari kusisipkan harapan bahwa kemarin bukanlah pertemuan terakhir kita. :)
I was enchanted to meet you again.
Thursday, May 31, 2012
Jalan pulang
Aku telah sampai pada titik ini. Lalu setelah ini, apa?
Saat segalanya bertentangan, bahkan di dalam kepalaku sendiri. Aku semakin tidak yakin dimana tepatnya batas antara kenyataan dan khayalan.
Seperti kebanyakan orang(mungkin) aku mulai mempertanyakan lagi tujuan manusia diciptakan. Aku mempertanyakan arah dan tujuan hidup, namun di saat yang bersamaan akupun tidak yakin bahwa kehidupan ini nyata. Semuanya abu-abu. Serba tidak jelas.
Apakah aku telah melewatkan sebegitu banyak proses menemukan dan menyadari? Apakah selama ini aku terlalu asik di dalam duniaku sendiri-dunia yang kuciptakan dari kepingan kekecewaanku terhadap kenyataan?
Aku ingin pulang. Namun tak pernah lagi ada rumah, sejak aku memutuskan bahwa aku akan hidup di dalam mimpi.
Saat segalanya bertentangan, bahkan di dalam kepalaku sendiri. Aku semakin tidak yakin dimana tepatnya batas antara kenyataan dan khayalan.
Seperti kebanyakan orang(mungkin) aku mulai mempertanyakan lagi tujuan manusia diciptakan. Aku mempertanyakan arah dan tujuan hidup, namun di saat yang bersamaan akupun tidak yakin bahwa kehidupan ini nyata. Semuanya abu-abu. Serba tidak jelas.
Apakah aku telah melewatkan sebegitu banyak proses menemukan dan menyadari? Apakah selama ini aku terlalu asik di dalam duniaku sendiri-dunia yang kuciptakan dari kepingan kekecewaanku terhadap kenyataan?
Aku ingin pulang. Namun tak pernah lagi ada rumah, sejak aku memutuskan bahwa aku akan hidup di dalam mimpi.
Subscribe to:
Comments (Atom)